Rabu, 11 April 2012

Pesona dan Gaya Arsitektur Masjid Cheng Ho Selaganggeng, Mrebet, Purbalingga

Ketika liburan semester 1 kemarin, sekitar bulan februari. Kebetulan rumah saya tidak begitu jauh dari lokasi Masjid Cheng Ho, masih dalam satu kecamatan. Sengaja saya melaksanakan sholat di masjid Cheng Ho Selaganggeng, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga. Daya tarik utamanya adalah gaya arsitektur tionghoa yang dipadukan dengan Islam terasa unik dan mendorong untuk mengetahui secara langsung kondisi masjid tersebut.

Berdirinya Masjid khas Tionghoa, tidak lepas dari kontribusi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) . Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), dahulu Pembina Iman Tauhid Islamadalah sebuah organisasi Islam. Organisasi ini didirikan di Jakarta pada tanggal 14 April 1961. PITI tidak bertalian dengan organisasi sosial politik manapun. Ketua PITI saat ini adalah H. Trisno Adi Tantiono, yang terpilih pada tahun 2005.

PITI sebagai organisasi dakwah sosial keagamaan yang berskala nasional berfungsi sebagai tempat singgah, tempat silahturahmi untuk belajar ilmu agama dan cara beribadah bagi etnis Tionghoa yang tertarik dan ingin memeluk agama Islam serta tempat berbagi pengalaman bagi mereka yang baru masuk Islam.

Mulai banyaknya pembangunan masjid-masjid berarsitektur Tiongkok mengikuti jejak pendirian Masjid Cheng Ho di Surabaya, Masjid Ja’mi An Naba KH Tan Shin Bie di Purwokerto, di Kota Palembang Masjid Cheng Ho Sriwijaya dan Kota Semarang, Masjid Cheng Ho Jawa Tengah, Islamic Center di Kota Kudus dan Masjid Cheng Ho yang ada di Purbalingga, kotaku sendiri.

 Masjid Cheng Ho Surabaya, Jatim Siang Hari dan malam Hari


 ========================================================================
  Masjid Cheng Ho Selaganggeng, Mrebet,Purbalingga, Jateng Malam dan Siang Hari
Masjid Cheng Ho Selaganggeng, Mrebet,Purbalingga, Jateng Om Dasiman Rabani, Tante Erwati, Mba Oktaria, Mas Dheni, Rama Bramantara, Ayahku ( Sugiarto ) :_

Gigih bersama saya (Hardika Dwi Hermawan)

MASJID terbalut bangunan khas Tionghoa. hal seperti ini nampaknya masing jarang di Indonesia namun bukan berarti tidak ada karena di Purbalinggga saja, kota yang memang belum seramai kota-kota besar lainya, tepatnya di Desa Selaganggeng, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga anda bisa menemuinya.

Mendengar namanya saja, kita pasti sudah familiar dengan etnis Tionghoa apalagi melihat bangunannya. Dari kejauhan Anda akan melihat sebuah bangunan khas Tiongkok dengan perpaduan warna hijau, merah, dan kuning sperti yang sering kita jumpai pada penggambaran sosok naga.

Masjid yang juga dikenal dengan nama Masjid Muhammad Cheng Ho ini memang menyerupai kelenteng (rumah ibadah umat Tri Dharma) yang kental dengan nuansa tiongkok lama.



Pada pintu masuknya yang menyerupai bentuk pagoda, terdapat juga relief naga dan patung singa dari lilin dengan lafaz Allah dalam huruf Arab di puncak pagoda. Di sisi kiri bangunan terdapat sebuah beduk sebagai pelengkap bangunan masjid.


Angka-angka yang ada pada pembangunan masjid ternyata buka sembarang angka karena mengandung makna tertentu. Angka 11 untuk ukuran Ka’bah saat baru dibangun, angka 9 melambangkan Wali Songo dan angka 8 melambangkan Pat Kwa (keberuntungan/ kejayaan dalam bahasa Tionghoa).

Perpaduan gaya Tiongkok dan Arab memang menjadi ciri khas masjid Muhammad Cheng Ho Indonesia. Arsitektur Masjid Cheng Ho diilhami Masjid Niu Jie (Ox Street) di Beijing yang dibangun pada 996 Masehi. Gaya Niu Jie tampak pada bagian puncak, atap utama, dan mahkota masjid. Selebihnya, hasil perpaduan arsitektur Timur Tengah dan budaya lokal Jawa. Arsiteknya Ir. Aziz Johan (anggota PITI asal Bojonegoro) serta didukung tim teknis, HS willy Pangestu, Donny Asalim SH, Ir Tony Bagyo, dan Ir Rahmat Kurnia.

Mahkota pada ujung atap lebih condong pada gaya arsitektur Hindu-Jawa. Tatanan atap Masjid Cheng Ho berbentuk segi delapan (pat kwa) yang memiliki Makna "keberuntungan" atau "kejayaan" menurut numorologi Tiongkok kuno. Hitungan atau angka pada bangunan masjid semuanya punya makna. Bangunan utama seluas 11 x 9 meter. Angka 11 sebagai ukuran Ka'bah pada awal pembangunannya dan angka 9 merupakan simbol Wali Songo penyebar agama Islam di tanah Jawa.

Arsitektur yang menyerupai kelenteng adalah gagasan untuk menunjukkan identitas muslim Tionghoa di Indonesia dan untuk mengenang leluhur warga Tionghoa yang mayoritas beragama Budha. Adalah dua hiasan kaligrafi huruf arab pada kedua sisi dinding luar yang membedakan Masjid Cheng Hoo dengan sebuah kelenteng, yang lazimnya dicirikan dengan bentuk dan warna bangunan yang khas.

Bentuk pada dinding masjid di bagian imam dan mimbar menyerupai bentuk yang ada di gereja, hal ini menurut penjaga masjid sebagai lambang keharmonisan lintas agama. Bentuk segi delapan yang mengelilingi lampu-lampu kristal pada bagian tengah Masjid Cheng Hoo, tempat di mana kubah masjid berada, melambangkan filosofi Pat Kwa Cina, simbol keberuntungan dan kejayaan. Di sebelah sayap kanan masjid, terdapat sebuah replika kapal Laksamana Cheng Hoo.

Ada juga bukaan lengkung pada dinding, ciri khas arsitektur India dan Arab. Pada bagian dalam masjid, terdapat podium. Di Tiongkok, podium ini dimaksudkan guna menghindari kelembapan. Podium Masjid Cheng Ho dibagi dua, tinggi dan rendah. Podium yang lebih tinggi terletak pada bangunan utama. Sedangkan yang rendah berada di sayap kanan dan kiri bagian utama masjid. Papan nama masjid ini cukup istimewa, karena hadiah langsung dari Duta Besar China untuk Indonesia, Lu Shu Ming.

Pada sisi utara masjid terdapat relief Muhammad Cheng Hoo bersama armada kapal yang digunakannya dalam mengarungi Samudera Hindia. Relief ini memiliki pesan kepada muslim Tionghoa di Indonesia pada khususnya agar tidak risih dan sombong sebagai orang Islam. Orang Tionghoa menjalankan ajaran Islam bukanlah merupakan hal yang aneh atau luar biasa. Hal itu adalah wajar, karena 600 tahun yang lalu pun sudah ada laksamana Tionghoa yang taat menjalankan ajaran Islam bernama Muhammad Cheng Hoo. Beliau juga turut mensyi'arkan agama Islam di Indonesia.

Seperti itu kilasan Masjid Muhammad Cheng Hoo, untuk anda yang kebetulan melewati masjid Cheng Ho, bisa mampir untuk bristirahat ataupun beribadah seraya menikmati gaya arsitektur tersebut...

Karna hidup punya banyak rasa untuk harimu