Tampilkan postingan dengan label Wisata. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Wisata. Tampilkan semua postingan

Kamis, 22 November 2012

OWABONG (Obyek Wisata Air Bojongsari)

LINK WEBSITE OWABONG : WWW.OWABONG.COM
Owabong merupakan obyek wisata yang ada di kabupaten saya, yaitu Purbalingg..
Owabong terletak di Kecamatan Bojongsari, Purbalingga.

Seperti inilah owabong :


Rabu, 11 April 2012

Pesona dan Gaya Arsitektur Masjid Cheng Ho Selaganggeng, Mrebet, Purbalingga

Ketika liburan semester 1 kemarin, sekitar bulan februari. Kebetulan rumah saya tidak begitu jauh dari lokasi Masjid Cheng Ho, masih dalam satu kecamatan. Sengaja saya melaksanakan sholat di masjid Cheng Ho Selaganggeng, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga. Daya tarik utamanya adalah gaya arsitektur tionghoa yang dipadukan dengan Islam terasa unik dan mendorong untuk mengetahui secara langsung kondisi masjid tersebut.

Berdirinya Masjid khas Tionghoa, tidak lepas dari kontribusi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) . Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), dahulu Pembina Iman Tauhid Islamadalah sebuah organisasi Islam. Organisasi ini didirikan di Jakarta pada tanggal 14 April 1961. PITI tidak bertalian dengan organisasi sosial politik manapun. Ketua PITI saat ini adalah H. Trisno Adi Tantiono, yang terpilih pada tahun 2005.

PITI sebagai organisasi dakwah sosial keagamaan yang berskala nasional berfungsi sebagai tempat singgah, tempat silahturahmi untuk belajar ilmu agama dan cara beribadah bagi etnis Tionghoa yang tertarik dan ingin memeluk agama Islam serta tempat berbagi pengalaman bagi mereka yang baru masuk Islam.

Mulai banyaknya pembangunan masjid-masjid berarsitektur Tiongkok mengikuti jejak pendirian Masjid Cheng Ho di Surabaya, Masjid Ja’mi An Naba KH Tan Shin Bie di Purwokerto, di Kota Palembang Masjid Cheng Ho Sriwijaya dan Kota Semarang, Masjid Cheng Ho Jawa Tengah, Islamic Center di Kota Kudus dan Masjid Cheng Ho yang ada di Purbalingga, kotaku sendiri.

 Masjid Cheng Ho Surabaya, Jatim Siang Hari dan malam Hari


 ========================================================================
  Masjid Cheng Ho Selaganggeng, Mrebet,Purbalingga, Jateng Malam dan Siang Hari
Masjid Cheng Ho Selaganggeng, Mrebet,Purbalingga, Jateng Om Dasiman Rabani, Tante Erwati, Mba Oktaria, Mas Dheni, Rama Bramantara, Ayahku ( Sugiarto ) :_

Gigih bersama saya (Hardika Dwi Hermawan)

MASJID terbalut bangunan khas Tionghoa. hal seperti ini nampaknya masing jarang di Indonesia namun bukan berarti tidak ada karena di Purbalinggga saja, kota yang memang belum seramai kota-kota besar lainya, tepatnya di Desa Selaganggeng, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga anda bisa menemuinya.

Mendengar namanya saja, kita pasti sudah familiar dengan etnis Tionghoa apalagi melihat bangunannya. Dari kejauhan Anda akan melihat sebuah bangunan khas Tiongkok dengan perpaduan warna hijau, merah, dan kuning sperti yang sering kita jumpai pada penggambaran sosok naga.

Masjid yang juga dikenal dengan nama Masjid Muhammad Cheng Ho ini memang menyerupai kelenteng (rumah ibadah umat Tri Dharma) yang kental dengan nuansa tiongkok lama.



Pada pintu masuknya yang menyerupai bentuk pagoda, terdapat juga relief naga dan patung singa dari lilin dengan lafaz Allah dalam huruf Arab di puncak pagoda. Di sisi kiri bangunan terdapat sebuah beduk sebagai pelengkap bangunan masjid.


Angka-angka yang ada pada pembangunan masjid ternyata buka sembarang angka karena mengandung makna tertentu. Angka 11 untuk ukuran Ka’bah saat baru dibangun, angka 9 melambangkan Wali Songo dan angka 8 melambangkan Pat Kwa (keberuntungan/ kejayaan dalam bahasa Tionghoa).

Perpaduan gaya Tiongkok dan Arab memang menjadi ciri khas masjid Muhammad Cheng Ho Indonesia. Arsitektur Masjid Cheng Ho diilhami Masjid Niu Jie (Ox Street) di Beijing yang dibangun pada 996 Masehi. Gaya Niu Jie tampak pada bagian puncak, atap utama, dan mahkota masjid. Selebihnya, hasil perpaduan arsitektur Timur Tengah dan budaya lokal Jawa. Arsiteknya Ir. Aziz Johan (anggota PITI asal Bojonegoro) serta didukung tim teknis, HS willy Pangestu, Donny Asalim SH, Ir Tony Bagyo, dan Ir Rahmat Kurnia.

Mahkota pada ujung atap lebih condong pada gaya arsitektur Hindu-Jawa. Tatanan atap Masjid Cheng Ho berbentuk segi delapan (pat kwa) yang memiliki Makna "keberuntungan" atau "kejayaan" menurut numorologi Tiongkok kuno. Hitungan atau angka pada bangunan masjid semuanya punya makna. Bangunan utama seluas 11 x 9 meter. Angka 11 sebagai ukuran Ka'bah pada awal pembangunannya dan angka 9 merupakan simbol Wali Songo penyebar agama Islam di tanah Jawa.

Arsitektur yang menyerupai kelenteng adalah gagasan untuk menunjukkan identitas muslim Tionghoa di Indonesia dan untuk mengenang leluhur warga Tionghoa yang mayoritas beragama Budha. Adalah dua hiasan kaligrafi huruf arab pada kedua sisi dinding luar yang membedakan Masjid Cheng Hoo dengan sebuah kelenteng, yang lazimnya dicirikan dengan bentuk dan warna bangunan yang khas.

Bentuk pada dinding masjid di bagian imam dan mimbar menyerupai bentuk yang ada di gereja, hal ini menurut penjaga masjid sebagai lambang keharmonisan lintas agama. Bentuk segi delapan yang mengelilingi lampu-lampu kristal pada bagian tengah Masjid Cheng Hoo, tempat di mana kubah masjid berada, melambangkan filosofi Pat Kwa Cina, simbol keberuntungan dan kejayaan. Di sebelah sayap kanan masjid, terdapat sebuah replika kapal Laksamana Cheng Hoo.

Ada juga bukaan lengkung pada dinding, ciri khas arsitektur India dan Arab. Pada bagian dalam masjid, terdapat podium. Di Tiongkok, podium ini dimaksudkan guna menghindari kelembapan. Podium Masjid Cheng Ho dibagi dua, tinggi dan rendah. Podium yang lebih tinggi terletak pada bangunan utama. Sedangkan yang rendah berada di sayap kanan dan kiri bagian utama masjid. Papan nama masjid ini cukup istimewa, karena hadiah langsung dari Duta Besar China untuk Indonesia, Lu Shu Ming.

Pada sisi utara masjid terdapat relief Muhammad Cheng Hoo bersama armada kapal yang digunakannya dalam mengarungi Samudera Hindia. Relief ini memiliki pesan kepada muslim Tionghoa di Indonesia pada khususnya agar tidak risih dan sombong sebagai orang Islam. Orang Tionghoa menjalankan ajaran Islam bukanlah merupakan hal yang aneh atau luar biasa. Hal itu adalah wajar, karena 600 tahun yang lalu pun sudah ada laksamana Tionghoa yang taat menjalankan ajaran Islam bernama Muhammad Cheng Hoo. Beliau juga turut mensyi'arkan agama Islam di Indonesia.

Seperti itu kilasan Masjid Muhammad Cheng Hoo, untuk anda yang kebetulan melewati masjid Cheng Ho, bisa mampir untuk bristirahat ataupun beribadah seraya menikmati gaya arsitektur tersebut...

Jumat, 30 Maret 2012

NAGA BARONGSAI DI TAMAN KOTA PURBALINGGA (USMAN JANATIN CITY PARK)

Tahu Barongsai kan??
Pastilah,..
Ini barongsai yang berbentuk naga :



Jum'at sore, dimulai sekitar ba'da ashar latihan atraksi seni barongsai dilakukan oleh salah satu perkumpulan di Taman Kota Usman Janatin City Park Purbalingga secara rutin.
Kegiatan ini sangat menarik bagi para pengunjung Usman Janatin, tidak sedikit orang yang datang menonton dan dimanjakan oleh pertunjukan gratis ini.

Selain pengunjung dapat menikmati atraksi pertunjukan ini, pengunjung juga dapat menikmati berbagai hidangan yang tersedia di Taman Kota. Makanan yang menjadi favorite saya adalah Es Duren yang memang berbeda dengan kota lain dengan rasa dan kesegaran yang khas..
Ingin mencobanya? Datang saja ke Purbalingga... :Dhehe

=============================================================
Sedikit tentang Barongsai,
Sebelumnya pada era orde baru, atraksi barongsai hanya bisa dijumpai  pada hari raya umat Tionghoa, yakni tahun baru Imlek dan panen raya umat Tionghoa, Cap Go Meh, pada hari ke-15 setelah tahun baru Imlek.
Barongsai adalah kesenian tradisional etnis Tionghoa yang telah menjadi kesenian nasional dan bahkan internasional. Indonesia termasuk negara yang diperhitungkan pada setiap perlombaan barongsai tingkat internasional, karena atraksi barongsainya selalu mengundang decak kagum para penonton.
(http://baruga.mahafatna.com/barongsai-kesenian-tradisi-yang-mendunia/)


Sejarah Barongsai
Barongsai memiliki sejarah ribuan tahun. Catatan pertama tentang tarian ini bisa ditelusuri pada masa Dinasti Qin sekitar abad ketiga sebelum masehi. Masyarakat Tionghoa percaya singa adalah lambang kebahagiaan dan kesenangan. Tarian Singa dipercaya merupakan pertunjukan yang dapat membawa keberuntungan sehingga umumnya diadakan pada berbagai acara penting seperti pembukaan restoran, pendirian klenteng, dan tentu saja perayaan tahun baru.

Barongsai secara garis besar terdiri dari dua jenis utama yakni Singa Utara yang memiliki surai ikal dan berkaki empat. Penampilan Singa Utara kelihatan lebih natural dan mirip singa ketimbang Singa Selatan yang memiliki sisik serta jumlah kaki yang bervariasi antara dua atau empat. Kepala Singa Selatan dilengkapi dengan tanduk sehingga kadangkala mirip dengan binatang "Kilin".

Gerakan antara Singa Utara dan Singa Selatan juga berbeda. Bila Singa Selatan terkenal dengan gerakan kepalanya yang keras dan melonjak-lonjak seiring dengan tabuhan gong dan tambur, gerakan Singa Utara cenderung lebih lincah dan penuh dinamika karena memiliki empat kaki.

Satu gerakan utama dari tarian Barongsai adalah gerakan singa memakan amplop berisi uang yang disebut dengan istilah "Lay See". Di atas amplop tersebut biasanya ditempeli dengan sayuran selada air yang melambangkan hadiah bagi sang Singa. Proses memakan "Lay See" - istilah ini banyak digunakan di Hong Kong  ini berlangsung sekitar separuh bagian dari seluruh tarian Singa.

Di depan penari Barong biasanya juga terdapat seorang penari lain yang mengenakan topeng dan membawa kipas. Tokoh ini disebut Sang Buddha. Tugasnya adalah untuk menggiring sang Singa Barong ke tempat di mana amplop berisi uang disimpan. Mereka yang ingin mendapat untung besar, umumnya berlomba-lomba mengisi amplop angpao dengan jumlanh uang yang banyak.
(http://www.indospiritual.com/artikel_kesenian-barongsai-bisa-usir-aura-buruk.html)

==========================================================
Latihan Seni Barongsai ini, dilakukan oleh pemuda dan pemudi yang berdomisili di Kecamatan Purbalingga, terutama yang ada di Kelurahan Kandangampang.

ini foto yang diabadikan,, yang ingin liat datang saja ke taman kota Usman Janatin City Park Purbalingga sore hari .. :D



===============================================
Kata Mutiara hari ini :

Hargai dan syukuri apa yang kau miliki hari ini, kau akan memiliki lebih lagi.
~Hardika Dwi Hermawan`
Karna hidup punya banyak rasa untuk harimu